Ledakan Luka dan Amarah

“Seiring waktu, kau akan kehilangan kontak dengan asal-muasal traumamu, menjauhkan akar-akar penyebabnya, lalu melupakannya. Tapi, suatu hari, semua luka dan amarah akan meledak, seperti api dari perut naga…” ~ h.315

Pembunuhan Alicia pada suaminya, Gabriel, menimbulkan rasa penasaran Theo, seorang psikolog. Sejak pembunuhan itu Alicia bungkam sehingga penyelidikan terhenti, menyisakan misteri. Theo menggali masa lalu Alicia karena dia yakin amarah yang memicu pembunuhan, amarah pembunuh, tidak muncul seketika. Asalnya dari suatu tempat di luar ingatan, di dunia awal masa kecil.

Profil Theo sendiri menarik, dia seorang psikolog dengan masa lalu yang juga menggerogoti jiwanya. “Dad telah tertancap, tertanam, terkubur di alam bawah sadarku (Theo) dalam-dalam. Sejauh mana pun aku lari, ia mengiringi ke mana pun aku pergi. Aku dikejar-kejar … dengan suara Dad—melengking bahwa aku tak berguna, memalukan, gagal.” ~ h.28.

Selama menangani Alicia, Theo pun berusaha menenangkan “emosi” masa lalunya. Pergulatan batinnya berjalan beriringan dengan usahanya menggali masa lalu Alicia dan membuatnya berbicara. “Tapi begitulah pengaruh Alicia padamu (Theo). Sikap bungkamnya bagaikan cermin—memantulkan bayanganmu. Dan sering kali yang kaulihat sungguh buruk.” ~ h.119.

Pengkhianatan atas kepercayaan penuh pasti mengiris luka yang sangat menyakitkan, semakin parah ketika di dalamnya ada bom waktu dari luka-luka lama yang menunggu pemantik untuk meledak. Tak lagi mampu menimbang baik-buruk, benar-salah.

“Sesuatu yang kukenal—efek emotional luka psikologis pada anak-anak, dan bagaimana efek-efek itu akan muncul kelak ketika dewasa. Bayangkan—mendengar langsung ayahmu, tempatmu bergantung, mengharapkan kematianmu.” ~ h.315.

Alur berkisah melalui sudut pandang Theo dan petikan-petikan dari buku harian Alicia, yang nantikan akan berujung pada akhir yang mengejutkan. Plot twist-nya benar-benar brilian, menurutku, dan menjawab pertanyaan yang sempat menggantung di sepanjang mengikuti naik-turunnya emosi Alicia dan Theo.

Kadang sulit mencerna mengapa jawaban masa kini berada di masa lalu.” ~ h.165.

The Silent Patient | Pelukis Bisu | Alex Michaelides | Gramedia Pustaka Utama | Cetakan Pertama, 2019 | 400 hlm

Leave a comment