Rainbirds – Clarissa Goenawan

Kematian orang terdekat selalu menyisakan kesedihan tetapi yang lebih berat ketika kematiannya masih menyisakan tanda tanya. Pembunuhan Keiko Ishida, mengejutkan Ren, yang  minggu-minggu sebelumnya masih mengobrol melalui telepon dengan kakaknya, hingga keputusannya berangkat ke Akakawa menjadi titik awal Ren lebih mengenal kehidupan kakaknya.

Aku memikirkan pekerjaan di Yotsuba dan tawaran Tuan Katou. Kalau aku menelusuri jalur hidup yang sama seperti jalur yang juga ditelusuri kakakku, mungkin akhirnya aku akan memahami hal-hal yang tak pernah diucapkannya.” ~ h.68

Semenjak berada di Akakawa, untuk menerima guci abu kakaknya, takdir mengantarkan Ren untuk menelusuri jalan yang sama, mengajar di Yotsuba bahkan menggunakan meja kerja dan kamar yang pernah dipakai Keiko. Ren bersama dengan kenangan kakaknya, ingin menemukan apa yang terjadi setelah mendadak Keiko pergi dari Tokyo dan menetap di Akakawa, sebuah kota kecil yang tak populer.

Menelusuri masa lalu orang yang telah tiada terkadang seperti membuka kotak pandora,  melihat orang yang kita kenal tak seperti yang dibayangkan. Kenyataan ada yang membenci kakaknya sulit diterima Ren karena dirinya mengenang segala kebaikan dan perhatian Keiko yang lebih besar dibandingkan kedua orangtuanya. Obrolan dengan kakaknya melalui telepon selama ini, yang terdengar selalu menggodanya, ternyata memendam beban batin yang dalam.

Alur cerita mengantarkan Ren, tidak hanya bersentuhan dengan pergulatan Keiko, tetapi juga kehadiran Anak Berkuncir Dua dalam mimpinya dan Seven Stars, murid cantiknya yang gencar mendekati Ren. Dua tokoh ini kemudian menjadi cermin jiwa untuk Ren memahami situasi dalam dirinya sendiri.

Anak Berkuncir Dua yang rajin menyambangi Ren dalam mimpi, semenjak berada di rumah keluarga Katou, menggiringnya mengenal kepedihan atas kehilangan dan bagaimana mengobati rasa bersalahnya dengan melihat kebisuan Nyonya Katou. Duduk bersama Nyonya Katou, memperhatikan dan membacakan buku untuknya setiap hari, sedikit demi sedikit memahamkan pengaruh dari beban rasa bersalah.

Sedangkan, Seven Stars memperlihatkan sketsa dari sebagian kehidupan kakaknya, Keiko, melalui kesendirian Seven Stars dengan orangtua yang tidak akur dan diwarnai perselingkuhan, juga perasaan yang mendalam kepada Ren, sebagai gurunya, yang dulu pernah dialami Keiko juga. Ren melihat lagi bagaimana kakaknya dalam diri Seven Stars.

Ingatlah Ren, kesedihan itu sendiri tak akan menyakiti siapa pun. Hal-hal yang kaulakukan ketika sedang sedihlah yang bisa menyakitimu dan orang-orang di sekitarmu.” ~ h. 125

Sepanjang alur cerita, Ren banyak melakukan monolog dalam benaknya. Misteri kematian kakaknya membingkai gambar utuh dari kenyataan pahit yang dialami Keiko. Meski, saya agak bingung bagaimana Ren bisa sampai pada kesimpulan pria yang telah menghamili, hanya berdasarkan informasi hilangnya seorang wanita pada waktu yang sama dengan kejadian pembunuhan Keiko. Tetapi, kejanggalan itu tidak terlalu berpengaruh karena porsi misteri dalam buku ini sebenarnya tidak terlalu besar dibandingkan pergulatan emosi untuk memahami situasi dan perasaan dalam diri Ren.

Gaya bercerita penulis berhasil membuat saya hanyut, sangat mengalir dengan suasana kota kecil bermusim dingin yang menjadi latar kisahnya, vibe-nya agak mengingatkan pada Snow-nya Orhan Pamuk. Meski awalnya saya melihat alur cerita Ren yang mondar-mandir dengan kemunculan potongan-potongan kejadian masa lalu, kisahnya tetap terangkai dan berujung dengan hangat.

Rainbirds • Clarissa Goenawan • Gramedia Pustaka Utama • Cetakan Kedua, Juli 2020 • 400 halaman

Leave a comment