The Court of The Lion #3

2013-02-14 11.01.13_Julia_Ground

Perebutan kekuasaan dan kelihaian dalam mempertahankan posisi dalam kerajaan menjadi salah satu konflik yang menarik dalam serial The Court of The Lion. Buku terakhir dari 3 seri novel berlatar Dinasti Tang ini, diawali dari kejumawaan Jendral An Lu Shan atas penaklukan wilayah utara. Kehebatan sang jenderal dalam merebut dan mempertahankan militer menjadikan sosoknya tak tergantikan. Keberaniannya yang berujung dengan arogansi terpampang dengan jelas sepanjang An Lu Shan mengeluarkan perintah yang tak boleh ditolak. Kearoganannya kerap berakibat fatal, tapi dengan kelihaiannya dalam bertutur dan percaya diri yang tinggi selalu berhasil menghindarkannya dari hukuman.

Menariknya, sosok An Lu Shan yang bertubuh dengan berat tiga orang dewasa dan memiliki kekuasaan besar yang terlihat tanpa kendali, ternyata memiliki ketakutan serta rasa sungkan pada sosok ringkih sang perdana menteri, Li Lin Fu. Sayangnya, Li Lin-Fu mulai menjadi sosok renta dan lemah dengan penyakit yang menggerogoti fisiknya, meski pengobatan dilakukan tanpa putus. Pengaruh An Lu Shan terhadap Kaisar Minghuang pun semakin besar semenjak peristiwa laba-laba. Pengangkatannya sebagai “bayi kesayangan” kaisar dan istri kesayangan semakin mengokohkan kedudukannya di Dinasti Tang.

Kekhawatiran akan terlepasnya kendali atas An Chu San membuat Yang Kuo-chung mengambil keputusan untuk mendekati Li Lin-Fu. Keputusannya yang didukung penuh oleh Putri Kuo, yang tak lain juga sahabat An Lu-shan, membuat Yong Kuo-chung harus menyisihkan kebenciannya pada Li Lin-fu. Usaha yang cukup keras, mengingat permusuhan mereka yang hampir mengakar.

Bagaimana dengan sang kaisar? Untuk sosok yang harusnya menjadi sentral kekuasaan Dinasti Tang, ternyata hanyalah pribadi lemah yang mudah dipengaruhi. Kao Li-shih, kasim kaisar pun harus ‘pontang-panting’ mengingatkan Kaisar dan Istri Kesayangan atas berbagai keputusan yang diambil secara sepihak, sayang pengaruh An Lu-shan masih terlalu besar. Sama-sama melihat potensi An Lu-shan yang mungkin akan menyebabkan kehancuran Dinasti Tang, Kao Li-shih menjadi sekutu Yang Kuo-chung. Sayang semua tidak seperti yang diharapkan, membuat kejatuhan dan kematian mulai membayangi semua tokoh dalam Dinasti Tang.

Di bab awal, saya sempat membutuhkan ‘penyesuaian diri’ dan merasa tidak rela karena belum membaca seri pertama dan kedua The Court of The Lion. Tapi, lama-kelamaan masalah tersebut tidak terlalu menjadi kendala, karena pihak penerbit cukup cerdik membagi cerita yang sebenarnya berasal dari sebuah novel yang berhalaman seribu-an. Saya tetap penasaran, tapi tidak terlalu terbebani dengan ketidak-tahuan tentang awal mula kepemimpinan Li Lin-fu atau bagaimana pengangkatan manusia barbar, An Lu-shan ke dalam Dinasti Tang. Mengingat dalam alur cerita terdapat bagian yang erotis, saya mengkategorikan buku ini sebagai bacaan dewasa.

Cerita tidak hanya menyuguhkan konflik perebutan kekuasaan, penggambaran kondisi psikologis para tokohnya menjadi salah satu nilai lebih novel yang memiliki 3 seri ini. Tidak ada tokoh yang benar-benar jahat maupun baik, semua memiliki pemikiran masing-masing yang tak jarang menimbulkan salah paham yang berujung kebencian dan permusuhan. Sama-sama berniat ingin melindungi kaisar tapi karena masing-masing diliputi prasangka dan gila kekuasaan, akibatnya aksi saling menghancurkan pun tak terhindarkan. Pergolakan yang menghanyutkan sekaligus mendebarkan, menghibur tapi juga menyedihkan melihat obsesi-obsesi penguasa yang seperti dipertontonkan kondisi negeri sendiri.

Judul: The Court of The Lion #3
Penulis: Eleanor Cooney & Daniel Altieri
Penerjemah: Fahmy Yamani
Penyunting: Adi Toha
Penerbit: Serambi
Cetak: Pertama, Oktober 2012
Tebal: 925 hlm
Bintang: 3/5

Leave a comment